Inspirasi Malam

Tiga Induk Dosa

Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW telah bersabda:

“Ada tiga hal yang menjadi induk dari segala dosa, hindarilah dan berhati-hatilah terhadap ketiganya.
- Hati-hatilah terhadap keangkuhan, karena keangkuhan menjadikan iblis enggan bersujud kepada Adam;
- berhati-hatilah terhadap tamak (rakus), karena ketamakan mengantar Adam memakan buah terlarang; dan
- berhati-hatilah terhadap iri hati, karena kedua anak Adam (Qabil dan Habil) salah seorang di antaranya membunuh saudaranya akibat dorongan iri hati.” (HR. Ibn Asakir melalui Ibn Mas'ud).

1. Sombong
Sombong adalah dosa yang pertama kali terjadi di jagat raya ini, yaitu dosa iblis ketika diminta Allah Ta’ala untuk bersujud kepada Adam. Iblis menolak perintah Allah Ta’ala dan iblis berkata: “Aku lebih baik daripada Adam. Karena Engkau ciptakan Adam dari tanah  sedangkan Engkau ciptakan aku dari api”. Maka Allah mengatakan bahwa iblis enggan dan sombong dan iblis tergolong makhluk yang kafir karena tidak mau mengikuti perintah Allah. Umumnya dosa-dosa besar seperti kesyirikan dan kekafiran berasal dari kesombongan. Orang-orang yang menolak kebenaran yang dibawa oleh Nabi dan Rasul adalah karena kesombongan mereka.

Rasulullah SAW dalam hadis menjelaskan definisi sombong :

الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

Sombong  ialah tidak menerima kebenaran dan menghina sesama manusia.

Ayat-ayat al-Qur’an Tentang Sombong

Q.S Al-Isra’:  37

وَلا تَمْشِ فِي الأرْضِ مَرَحًا إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الأرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولا (٣٧)

dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung

2. Rakus (serakah), Tamak, Cinta dunia

Rakus adalah dosa yang dilakukan oleh Adam ketika Adam memakan buah dari pohon yang dilarang Allah Ta’ala. Adam memakan buah itu disebabkan oleh kerakusan yang ada pada diri Adam. Ketika iblis datang menggoda Adam dengan mengatakan bahwasannya kalau Adam memakan buah ini Adam akan kekal di dalam surga. Mendengar hal tersebut, dalam diri Adam muncul rasa rakus untuk menjadi orang abadi dalam surga yang penuh dengan kenikmatan, kemudian Adam melanggar larangan Allah Ta’ala dengan memakan buah tersebut. Rakus adalah sumber dari banyak dosa, seperti mencuri, berzina, korupsi, merampok, penyimpangan seksual, dll.

Secara bahasa tamak berarti rakus hatinya. Sedang menurut  istilah tamak adalah cinta kepada dunia (harta) terlalu berlebihan tanpa memperhatikan hukum haram yang mengakibatkan adanya dosa besar.

Dari definisi diatas bisa kita fahami, bahwa tamak adalah sikap rakus terhadap hal-hal yang bersifat kebendaan tanpa memperhitungkan mana yang halal dan haram. Sifat ini dijelaskan oleh Syeikh Ahmad Rifai sebagai sebab timbulnya rasa dengki, hasud, permusuhan dan perbuatan keji dan mungkar lainnya, yang kemudian pada penghujungnya mengakibatkan manusia lupa kepada Allah SWT, kehidupan akhirat serta menjauhi kewajiban agama.

Sifat rakus terhadap dunia menyebabkan manusia menjadi hina, sifat ini digambarkan oleh beliau seperti orang yang haus yang hendak minum air laut, semakin banyak ia meminum air laut, semakin bertambah rasa dahaganya. Maksudnya, bertambahnya harta tidak akan menghasilkan kepuasan hidup karena keberhasilan dalam mengumpulkan harta akan menimbulkan harapan untuk mendapatkan harta benda baru yang lebih banyak. Orang yang tamak senantiasa lapar dan dahaga kehidupan dunia. Makin banyak yang diperoleh dan menjadi miliknya, semakin rasa lapar dan dahaga untuk mendapatkan lebih banyak lagi. Jadi, mereka sebenarnya tidak dapat menikmati kebaikan dari apa yang dimiliki, tetapi sebaliknya menjadi satu bebanan hidup.

Dalam surah al-Fajr ayat 16-20, Allah berfirman:

وَأَمَّا إِذَا مَاابْتَلاَهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُوْلُ رَبِّيْ أَهَانَنِ (16)
كَلاَّ بَلْ لاَّ تُكْرِمُوْنَ الْيَتِيْمَ (17)
وَلاَ تَحَاضُّوْنَ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِيْنَ(18)
وَتَأْكُلُوْنَ التُّرَاثَ أَكْلاً لَّمًّا (19)
وَتُحِبُّوْنَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّا (20)

Artinya:
16. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya Maka Dia berkata: “Tuhanku menghinakanku”
17. Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim
18. Dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin,
19. Dan kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampur baurkan (yang halal dan yang bathil),
20. Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.

3. Hasad (iri dengki)

Hasad adalah dosa pertama yang terjadi di dunia ini. Dosa yang terjadi pada salah satu anak Adam sehingga dia membunuh saudaranya yang lain. Ketika korban saudaranya diterima Allah sedangkan korban dirinya tidak diterima Allah Ta’ala sehingga muncul hasad dalam dirinya yang membuatnya membunuh saudaranya sendiri. Hasad adalah penyakit yang sangat berbahaya. Hasad menimbulkan banyak dosa, seperti ghibah (menggunjing orang lain), menyelidiki dan mencari-cari kekurangan/keburukan orang lain, memfitnah orang lain, dll.

Rosulullah shalallaahu ‘alaihi wa salam pernah bersabda, “Janganlah kamu semua dengki mendengki, jangan putus memutuskan hubungan persaudaraan, jangan benci membenci, jangan pula belakang membelakangi (seteru menyeteru) dan jadilah kamu semua hamba Allah sebagai saudara, sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah kepadamu semua” (HR Bukhari dan Muslim)

Pada hakekatnya, hanya ada dua orang yang pantas dengki, sekalipun pengertian dengki disini adalah ghibthah (dengki yang positif), yaitu merasa iri hingga mengapa tidak diberi kenikmatan serupa dengan mereka, namun tidak menginginkan kenikmatan yang berada pada orang lain itu hilang atau pergi.  Jadi tidak seperti lazimnya perasaan iri hati yang dilarang dalam Al-Qur’an dan al-Hadits tersebut di atas.
Yang pantas diirikan adalah
(1)Ketika Allah memberikan harta kekayaan kepada seseorang, kemudian harta tersebut ditasarufkan pada jalan yang diridhoi-Nya.
(2) Ketika Allah memberikan ilmu pengetahuan kepada seseorang, kemudian dengan ilmu itu dia memberikan suatu keputusan, dan juga mengajarkan ilmu tersebut kepada orang lain. Dua hal inilah yang pantas untuk diirikan agar kita mendapatkan hal yang sama dari sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

HIDUP dihiasi dengan kebaikan, juga kejahatan. Begitupula dengan manusia. Ada yang baik, ikhlas, senang dengan apa yang diperoleh orang lain dalam kenikmatan yang diberikan Allah kepadanya, tapi ada juga yang tidak. Malah bersedih hati dan membenci. Sekiranya mampu, ingin dirampas kebahagiaan orang tersebut, dengan berbabagai cara. “Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya….”  (Ali ‘Imran, ayat 120)

Ada beberapa kiat di dalam menghadapi orang-orang yang bertabiat jahat ini. Antara lain:
- Mohon perlindungan kepada Allah. (Al Ikhlas, ayat 2)(Al Mukmin, ayat 60).
- Berusahalah untuk menahan emosi. Tidak marah (Ali ‘Imran, ayat 134)
- Sabar.(Ali ‘Imran, ayat 120)
- Usahakan semaksimal mungkin untuk menjadi orang bertakwa. Yang mentaati perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya. Orang bertakwa diberi kemudahan untuk memperoleh jalan keluar dari permasalahannya. (AthThalaaq, ayat 2)
- Membalas kejahatan dengan kebaikan.“Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. ”(Fushshilat, ayat 34)
: Tawakkal. Menyerahkan segala urusan kepada Allah. (Ath Thalaaq, ayat 3)

Dilihat dari “kasus per kasus” sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW di dalam hadis di atas, maka sifat angkuh atau sombong; rakus atau tamak dan iri hati atau dengki, tampaknya seperti terpisah antara satu dengan lain. Akan tetapi pada hakikatnya, ketiga macam sifat buruk tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lain. Artinya adalah, bahwa jika di dalam diri seseorang sudah tertanam “salah satu” dari sifat buruk tersebut, maka mau tidak mau yang lainnya pasti akan tumbuh dan berkembang juga sifat-sifat buruk lainnya yang sangat-sangat dibenci oleh Allah SWT.

Seseorang sudah dijangkiti penyakit angkuh atau sombong, merasa dirinya memiliki kelebihan, baik berupa ilmu pengetahuan, harta benda, ataupun jabatan; maka dari kesombongan atau keangkuhan tersebut akan lahir prilaku suka menghina; mencela dan merendahkan orang lain. Dan jika ia mendapat kabar atau melihat ada orang yang memiliki sesuatu yang lebih baik dari dirinya, maka tanpa ia sadari akan tumbuh pula sifat iri dan dengki di dalam dirinya. Dan jika itu berkaitan dengan “harta benda”, boleh jadi tumbuh pula sifat rakus dan tamaknya untuk memiliki harta benda yang jauh lebih banyak dari orang lain, yang pada akhirnya dapat mengantarkannya pada prilaku suka menipu; berbohong; korupsi dan lain sebagainya.

Jika di dalam diri sudah tertanam sifat tamak atau rakus, maka tentulah iri hati atau dengki dan juga sifat angkuh atau kesombongan akan ikut tumbuh di dalam dirinya. Sebab seseorang yang tamak atau rakus akan selalu berusaha  mempertahankan apa yang sedang dalam genggamannya, baik berupa harta, kekuasaan, ataupun kedudukan. Sama sekali ia tidak mau berbagi dan hanya mau dinikmati sendiri. Selain tidak pernah bersyukur atas apa yang diperolehnya, dirinya akan selalu melecehkan dan merendahkan orang lain, bahwa orang lain pastilah tidak akan mampu berbuat sebagaimana ia melakukannya.

Orang yang memiliki sifat iri hati atau dengki; dirinya pastilah   tidak rela atau tidak suka melihat orang lain mendapatkan kebaikan atau kenikmatan. Kata orang sekarang sudah terjangkit penyakit “SMS”; Senang (hati) Melihat (orang lain) Susah dan Susah (hati) Melihat (orang lain hidup) Senang. Sehingga pada akhirnya dengan berbagai cara akan ia halalkan untuk mengalahkan dan sekaligus menghancurkan orang yang ia dengki. Dan semuanya itu tumbuh dengan sendirinya lantaran di dalam dirinya juga tertanam sifat sombong dan tamak, menganggap orang lain tidak boleh lebih baik dari dia; tidak boleh memiliki sesuatu yang lebih sempurna dari apa yang ia miliki.

Sombong atau takabur; rakus atau tamak; iri hati atau hasud adalah sifat-sifat tercela yang  wajib untuk dihindari dan dijauhi karena Allah SWT sangatlah membencinya.

Mudah-mudahan Allah SWT senantiasa menjaga dan memelihara kita dengan hidayah dan inayah-Nya dari bisikan dan tipu daya syaitan yang menyesatkan. Wallahua’lam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Inspirasi Sore

Renungan malam

Renungan jelang Isya