Inspirasi Sore

*94 TAHUN YANG LALU...*

"TANGGAL 3 Maret 1924, Mustafa Kemal memanggil semua anggota Majelis Nasional Turki dalam sebuah pertemuan. Malam-malam sebelumnya, Mustafa Kemal berusaha membungkam suara penentangnya dengan ancaman hukuman mati. Mustafa Kemal mengusulkan pada Majelis Nasional tentang proyek pembubaran Khilafah yang berpusat di Turki untuk selamanya, dan mendirikan negara sekuler Turki. Keputusan diambil tanpa perdebatan. Keputusan juga mencakup pembuangan Khalifah terakhir Abdul Majid Efendi yang memang sudah tak berdaya pada hari berikutnya ke Swiss. Maka sinar khilafah pun padam, di tangan Mustafa Kemal...

Berita pembubaran Khilafah ini memunculkan kegundahan di seluruh dunia Islam. Istambul merupakan lambang kekuatan politik bagi dunia Islam. Di Indonesia, kelompok modernis, seperti al-Irsyad, Muhammadiyah, Persis, Sarekat Islam dan Kelompok tradisional yang kemudian mendirikan Nahdhatul Ulama bersepakat untuk menegakkan kembali Khilafah.  Mereka membentuk Komite Khilafah tanggal 4 Oktober 1924 di Surabaya dengan ketua Wondosudirdjo dari Sarekat Islam dan wakil ketua K.H. Abdul Wahab Hasbullah tokoh pendiri Nahdhatul Ulama sebagai utusan dalam kongres pembentukan kembali Khilafah di Mesir.

Sementara di Turki, Mustafa benar-benar mengubur Peradaban Islam....

Setelah sukses menjagal Khilafah, Mustafa menutup masjid-masjid, dan pemerintah memberangus semua gerakan keagamaan.

Tahun 1926 Syariah Islam diganti dengan hukum sipil yang diadopsi dari hukum Swiss.

Penanggalan Hijriyah diganti dengan penanggalan Masehi sehingga angka tahun 1345 H dihapus di seluruh Turki dan diganti dengan 1926 M.

Tahun 1928 M/ 1347 H Undang-undang negara menghapus Turki sebagai pemerintahan Islam. Teks sumpah yang diucapkan para pejabat pemerintah saat dilantik yang sebelumnya bersumpah dengan nama Allah diganti dengan hanya mengucapkan “Dengan kehormatan mereka, mereka akan menunaikan kewajiban.”

Tanggal 1 November 1928 dibuat UU tentang pengambilan dan memaksakan penerapan huruf alfabet (Latin) serta pelarangan tulisan Arab.

Pengajaran bahasa Arab dihapuskan dari seluruh fakultas. Buku-buku yang terlanjur dicetak dalam huruf Arab diekspor ke Mesir, Persia dan India. Pemerintah Turki benar-benar ingin memutus hubungannya dengan masa lalu keislaman mereka, juga memutus hubungan Turki dengan kaum muslimin di seluruh negeri Arab dan negeri Islam lainnya.

Pemerintah membatasi jumlah masjid. Mustafa menutup masjid utama di Istambul dan mengubah Masjid Aya Shofia menjadi museum, sedang Masjid al-Fatih dijadikan gudang!

Fakultas Syariah di Universitas Istambul ditutup. Pemerintah juga menghapus pendidikan agama Islam di sekolah-sekolah khusus.

Mustafa Kemal kemudian meniupkan ruh nasionalisme ke tengah-tengah bangsa Turki dengan selalu mendengung-dengungkan kalimat ”Sesungguhnya Turki adalah pemilik peradaban yang paling tua di dunia. Sudah tiba saatnya kini untuk diambil kembali dan menggantikan peradaban Islam.”

Tahun itu juga Mustafa Kemal melalui Majelis Nasional (National Assembly) kemudian menyandangkan gelar Ataturk pada dirinya, yang berarti Bapak orang-orang Turki.

Mustafa Kemal Ataturk memerintahkan penerjemahan al-Qur'an ke dalam bahasa Turki, sehingga kehilangan makna-maknanya dan cita rasa bahasanya. Puncaknya, dia memerintahkan agar adzan dilakukan dengan menggunakan bahasa Turki.

Tidak berhenti di situ, tanggal 3 Desember 1934 dibuat UU tentang larangan memakai busana Islam.

Pemerintah mewajibkan kaum wanita untuk menanggalkan jilbab dan membiarkan mereka berkeliaran dimana-mana tanpa mengenakan jilbab. Pemerintah juga menghapuskan kepemimpinan kaum lelaki atas wanita atas nama kebebasan dan kesetaraan jender. Pemerintah mendorong diselenggarakannya pesta-pesta tari dan drama-drama yang mencampurkan lelaki dan perempuan.

Tahun 1935 M secara resmi Pemerintah Turki mengubah hari libur resmi Jumat menjadi hari Minggu yang dimulai Sabtu Zhuhur hingga Senin pagi....

Sementara Sang Khalifah terakhir, yang bergelar Sultan Abdul Hamid II menghabiskan hari-harinya di pembuangan, di Paris, Prancis. Di sana, ia menjalani kehidupan yang sangat sederhana sampai meninggal pada tahun 1944 selama pendudukan Nazi di Perancis.

Kaum muslimin yang tidak merelakan pemimpin mereka dikubur di tanah Eropa, kemudian mengangkut dan memakamkan jenazah beliau di Jannah Al-Baqi pemakaman di Madinah al-Munawwarah..."

(Tulisan ini hanya ingin mengingatkan, bahwa kita umat Islam pernah memiliki sebuah negara adidaya yang wilayahnya lebih dari dua pertiga bumi, meliputi timur dan barat dunia, yang sekaligus menjadi pemersatu umat Islam sedunia dan institusi pelaksana hukum syariah.
/Dari beberapa sumber)

غلوراون منطرى

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Inspirasi Sore

Renungan malam

Renungan jelang Isya