[27/6 05.31] +62 812-1240-0457: Felix Siauw Official:
Apakah Masalahnya Intoleransi
Tentu kita tidak asing lagi dengan kata 'intoleransi', hari-hari ini kata itu begitu laku berbarengan dengan 'persekusi', 'radikal', 'ekstrim', dan 'terorisme', selalu disebut
Bahkan, seringkali penguasa dan pejabatnya mengklaim bahwa sumber masalah negeri akhir-akhir ini adalah intoleransi ummat beragama, parahnya yang ditunjuk selalu Muslim
Bisa dilihat pada video yang baru-baru ini meresahkan ummat Muslim, yang diupload oleh salah satu akun pihak berwenang, nyata sekali yang ditunjuk adalah ummat Muslim
Video itu melengkapi tuduhan yang sedari dulu dialamatkan pada Muslim, yang dianggap bertanggung jawab atas ekskalasi suhu politik dan sosial di seluruh nusantara
Meninggalkan pertanyaan bagi kita, benarkah masalah negeri ini adalah intoleransi antarummat beragama? Sampai-sampai penguasa merasa perlu mempriorotaskan hal ini?
Sampai dirasa perlu kampanye masif 'Saya Pancasila', 'Saya Indonesia', sebagai obat intoleransi? Sampai penguasa perlu melakukan deradikalisasi bagi ummat Muslim?
Padahal bila dilihat, dari sejak Rasulullah, yang itu jelas sebelum ada Indonesia, Islam tak pernah berubah. Pun dalam sejarah Nusantara, Islam memainkan peran sentral
Dari zaman orde apapun, Indonesia tetap negeri yang sangat tinggi toleransinya, dan ini tak dimungkinkan bila mayoritasnya bukanlah Muslim yang diajarkan Islam
Di negeri yang Islam minoritas, tak ada libur hari raya Islam. Di Indonesia bahkan agama yang tak sampai 5% diberi hari libur. Bahkan minggu jadi hari libur, bukan Jum'at
Di negeri lain yang Islam minoritas, Anda takkan temukan di mal adakan takbiran, di negeri ini, bebas. Bahkan di negeri Muslim manapun tak pernah ada demo anti-Kristen
Jalinan toleransi di Indonesia sangat indah, karena di dalam Islam sendiri sudah termaktub penghormatan terhadap manusia dan ummat beragama lain, tak ada masalah
Lalu dimana masalah sebenaranya? Sedangkan Islam sedari dulu tak pernah berubah. Bila masalahnya ada pada Muslim dan Islam, tentu sudah sedari dulu masalahnya
Bersambung ke posting berikutnya.. ☺️☺️☺️
[27/6 05.33] +62 812-1240-0457: Felix Siauw Official:
Provokasi Agama dan Kesenjangan Sosial
Sambungan dari posting sebelumnya.. ☺☺☺
.
Bila sedari dulu perkara toleransi tidak pernah menjadi masalah bagi ummat Muslim, lalu mengapa sekarang seolah-olah hal ini jadi masalah yang ramai dibicarakan?
Artinya ada yang berubah di negeri ini. Lihat saja proses pilkada Jakarta, semua problem ini dimulai ketika ada kelompok yang berusaha berkuasa, lalu menista agama
Disinilah sebenarnya letak masalahnya, bukan intoleransi tapi provokasi kepada ummat Muslim. Ketika agama Islam dinista dan ummat bergerak, lalu dilabeli intoleran
Lalu apakah toleransi itu berarti kita diam saat agama kita dinista dan dihina? Saat kita dipaksa menerima bahwa semua agama itu sama, justru itu yang intoleran
Muslim meyakini bahwa Islam itu yang tertinggi dan tidak ada yang lebih tinggi darinya, lantas bagaimana meyakini hal itu dianggap sebagai tindakan intoleran?
Bila kaum Muslim yang 'toleran' itu seolah yang harus diam saat agamanya dihina, menerima konsep pluralisme, bukankah justru ini tindakan intoleran? Memaksakan pendapat?
Padahal sedari dulu, dari masa Rasulullah tak pernah ada kasus intoleransi. Berarti seharusnya penguasa introspeksi, jangan-jangan yang selama ini membela provokator
Selain provokasi, maslah negeri ini adalah kesenjangan yang sangat nyata, ketidakmerataan ekonomi. Tidak hanya di negeri ini, dimanapun kesenjangan menimbulkan masalah
Di USA, ada gerakan 'We Are 99%' untuk melawan kesenjangan ekonomi yang begitu tinggi antara kaya-miskin, tak jarang hal itu menimbulkan gesekan sosial bahkan kerusuhan
Jadi jangan dinisbatkan semuanya pada Islam, seolah-olah ketika seseorang menjadi makin Islami lantas ia makin intoleran, provokasi dan kesenjangan itulah masalahnya
Jangan sampai salah menganalisis justru menjadikan teman sebagai lawan, Ulama lebih diburu dari penista, ummat Muslim didera sementara kapitalis dirangkul mesra
Selesai, semoga manfaat ☺☺☺
Apakah Masalahnya Intoleransi
Tentu kita tidak asing lagi dengan kata 'intoleransi', hari-hari ini kata itu begitu laku berbarengan dengan 'persekusi', 'radikal', 'ekstrim', dan 'terorisme', selalu disebut
Bahkan, seringkali penguasa dan pejabatnya mengklaim bahwa sumber masalah negeri akhir-akhir ini adalah intoleransi ummat beragama, parahnya yang ditunjuk selalu Muslim
Bisa dilihat pada video yang baru-baru ini meresahkan ummat Muslim, yang diupload oleh salah satu akun pihak berwenang, nyata sekali yang ditunjuk adalah ummat Muslim
Video itu melengkapi tuduhan yang sedari dulu dialamatkan pada Muslim, yang dianggap bertanggung jawab atas ekskalasi suhu politik dan sosial di seluruh nusantara
Meninggalkan pertanyaan bagi kita, benarkah masalah negeri ini adalah intoleransi antarummat beragama? Sampai-sampai penguasa merasa perlu mempriorotaskan hal ini?
Sampai dirasa perlu kampanye masif 'Saya Pancasila', 'Saya Indonesia', sebagai obat intoleransi? Sampai penguasa perlu melakukan deradikalisasi bagi ummat Muslim?
Padahal bila dilihat, dari sejak Rasulullah, yang itu jelas sebelum ada Indonesia, Islam tak pernah berubah. Pun dalam sejarah Nusantara, Islam memainkan peran sentral
Dari zaman orde apapun, Indonesia tetap negeri yang sangat tinggi toleransinya, dan ini tak dimungkinkan bila mayoritasnya bukanlah Muslim yang diajarkan Islam
Di negeri yang Islam minoritas, tak ada libur hari raya Islam. Di Indonesia bahkan agama yang tak sampai 5% diberi hari libur. Bahkan minggu jadi hari libur, bukan Jum'at
Di negeri lain yang Islam minoritas, Anda takkan temukan di mal adakan takbiran, di negeri ini, bebas. Bahkan di negeri Muslim manapun tak pernah ada demo anti-Kristen
Jalinan toleransi di Indonesia sangat indah, karena di dalam Islam sendiri sudah termaktub penghormatan terhadap manusia dan ummat beragama lain, tak ada masalah
Lalu dimana masalah sebenaranya? Sedangkan Islam sedari dulu tak pernah berubah. Bila masalahnya ada pada Muslim dan Islam, tentu sudah sedari dulu masalahnya
Bersambung ke posting berikutnya.. ☺️☺️☺️
[27/6 05.33] +62 812-1240-0457: Felix Siauw Official:
Provokasi Agama dan Kesenjangan Sosial
Sambungan dari posting sebelumnya.. ☺☺☺
.
Bila sedari dulu perkara toleransi tidak pernah menjadi masalah bagi ummat Muslim, lalu mengapa sekarang seolah-olah hal ini jadi masalah yang ramai dibicarakan?
Artinya ada yang berubah di negeri ini. Lihat saja proses pilkada Jakarta, semua problem ini dimulai ketika ada kelompok yang berusaha berkuasa, lalu menista agama
Disinilah sebenarnya letak masalahnya, bukan intoleransi tapi provokasi kepada ummat Muslim. Ketika agama Islam dinista dan ummat bergerak, lalu dilabeli intoleran
Lalu apakah toleransi itu berarti kita diam saat agama kita dinista dan dihina? Saat kita dipaksa menerima bahwa semua agama itu sama, justru itu yang intoleran
Muslim meyakini bahwa Islam itu yang tertinggi dan tidak ada yang lebih tinggi darinya, lantas bagaimana meyakini hal itu dianggap sebagai tindakan intoleran?
Bila kaum Muslim yang 'toleran' itu seolah yang harus diam saat agamanya dihina, menerima konsep pluralisme, bukankah justru ini tindakan intoleran? Memaksakan pendapat?
Padahal sedari dulu, dari masa Rasulullah tak pernah ada kasus intoleransi. Berarti seharusnya penguasa introspeksi, jangan-jangan yang selama ini membela provokator
Selain provokasi, maslah negeri ini adalah kesenjangan yang sangat nyata, ketidakmerataan ekonomi. Tidak hanya di negeri ini, dimanapun kesenjangan menimbulkan masalah
Di USA, ada gerakan 'We Are 99%' untuk melawan kesenjangan ekonomi yang begitu tinggi antara kaya-miskin, tak jarang hal itu menimbulkan gesekan sosial bahkan kerusuhan
Jadi jangan dinisbatkan semuanya pada Islam, seolah-olah ketika seseorang menjadi makin Islami lantas ia makin intoleran, provokasi dan kesenjangan itulah masalahnya
Jangan sampai salah menganalisis justru menjadikan teman sebagai lawan, Ulama lebih diburu dari penista, ummat Muslim didera sementara kapitalis dirangkul mesra
Selesai, semoga manfaat ☺☺☺
Komentar
Posting Komentar