## Assalamualikum Wr Wb ##

*☪TATA CARA PUASA ENAM HARI DI BULAN SYAWWAL💜*

Puasa enam hari di bulan Syawwal setelah Ramadhan masyru’ (disyari’atkan). Pendapat yang menyatakan bid’ah atau haditsnya lemah, merupakan pendapat bathil *[Majmu’ Fatawa, Abdul ‘Aziz bin Abdillah bin Baz, 15/389].*

Imam Abu Hanifah, Syafi’i dan Ahmad menyatakan istihbab pelaksanaannya *[Taudhihul Ahkam, 3/533].*

Adapun Imam Malik, beliau rahimahullah menilainya makruh. Agar, orang tidak memandangnya wajib. Lantaran kedekatan jaraknya dengan Ramadhan. Namun, alasan ini sangat lemah, bertentangan dengan Sunnah shahihah.

Alasan yang diketengahan ini tidak tepat, jika dihadapkan pada pengkajian dan penelitian dalil, yang akan menyimpulkan pendapat tersebut lemah. Alasan terbaik untuk mendudukkan yang menjadi penyebab sehingga beliau berpendapat demikian, yaitu apa yang dikatakan oleh Abu ‘Amr Ibnu ‘Abdil Barr, seorang ulama yang tergolong muhaqqiq (peneliti) dalam madzhab Malikiyah dan pensyarah kitab Muwatha.

Abu ‘Amr Ibnu ‘Abdil Barr berkata,”Sesungguhnya hadits ini belum sampai kepada Malik. Andai telah sampai, niscaya beliau akan berpendapat dengannya.” Beliau mengatakan dalam Iqna’, disunnahkan berpuasa enam hari di bulan Syawwal, meskipun dilaksanakan dengan terpisah-pisah. Keutamaan tidak akan tetap diraih bila berpuasa di selain bulan Syawwal.

Seseorang yang berpuasa enam hari di bulan Syawwal setelah berpuasa Ramadhan, seolah-olah ia berpuasa setahun penuh. Penjelasannya, kebaikan dibalas dengan sepuluh kali lipat. Bulan Ramadhan laksana sepuluh bulan. Sementara enam hari bagai dua bulan. Maka hitungannya menjadi setahun penuh. Sehingga dapat diraih pahala ibadah setahun penuh tanpa kesulitan, sebagai kemurahan dari Allah dan kenikmatan bagi para hambaNya.

Dari Tsauban *رضي الله عنه* , *Rasulullahمُحَمَّد*  *ﷺ*  bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ فَشَهْرٌ بِعَشَرَةِ أَشْهُرٍ وَصِيَامُ سِتَّةِ أَيَّامٍ بَعْدَ الْفِطْرِ فَذَلِكَ تَمَامُ صِيَامِ السَّنَةِ

“Barangsiapa berpuasa Ramadhan, satu bulan seperti sepuluh bulan dan berpuasa enam hari setelah hari Idul Fitri, maka itu merupakan kesempurnaan puasa setahun penuh”.                         *[HR. Ahmad, 5/280; An Nasaa-i, 2860; dan Ibnu Majah 1715].*

BILAMANA PELAKSANAANNYA?
*Syaikh Abdul Aziz bin Baz, di dalam Majmu’ Fatawa wal Maqalat Mutanawwi’ah (15\391) menyatakan, puasa enam hari di bulan Syawal memiliki dasar dari Rasulullah. Pelaksanaannya, boleh dengan berurutan ataupun terpisah-pisah.
 *Rasulullahمُحَمَّد*  *ﷺ* menyebutkan pelaksanaannya secara mutlak, dan tidak menyebutkan caranya dilakukan dengan berurutan atau terpisah. *Rasulullahمُحَمَّد*  *ﷺ*bersabda:

*مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ*

“Barangsiapa berpuasa Ramadhan kemudian mengiringinya dengan puasa enam hari pada bulan Syawwal, maka ia seperti puasa satu tahun”                                                                                        *[HR Muslim, dalam Ash Shiyam, bab Istihbabish-Shaumi Sittati Ayyam min Syawwal, 1164].*


Hari pelaksanaannya tidak tertentu dalam bulan Syawwal. Seorang mu`min boleh memilih kapan saja mau melakukannya, (baik) di awal bulan, pertengahan bulan atau di akhir bulan. Jika mau, (boleh) melakukannya secara terpisah atau beriringan. Jadi, perkara ini fleksibel, alhamdulillah. Jika menyegerakan dan melakukannya secara berurutan di awal bulan, maka itu afdhal. Sebab menunjukkan bersegera melakukan kebaikan                                                       *[Majmu’ Fatawa wal Maqalat Mutanawwi’ah, 15\390].*

Para ulama menganjurkan (istihbab) pelaksanaan puasa enam hari langsung  dikerjakan setelah hari ‘Idhul Fitri. Tujuannya, sebagai cerminan menyegerakan dalam melaksanakan kebaikan. Ini untuk menunjukkan bukti kecintaan kepada Allah, sebagai bukti tidak ada kebosanan beribadah (berpuasa) pada dirinya, untuk menghindari faktor2 yg bisa menghalanginya berpuasa, jika di tunda2.

Syaikh ‘Abdul Qadir bin Syaibah Al Hamd menjelaskan : “Dalam hadits ini (yaitu hadits tentang puasa enam hari pada bulan Syawwal), tidak ada nash yang menyebutkan pelaksanaannya secara berurutan ataupun terpisah-pisah. Begitu pula, tidak ada nash yang menyatakan pelaksanaannya langsung setelah hari raya ‘Idul Fithri. Berdasarkan hal ini, siapa saja yang melakukan puasa tersebut setelah hari Raya ‘Idul Fithri secara langsung atau sebelum akhir Syawal, baik melaksanakan dengan beriringan atau terpisah-pisah, maka diharapkan ia mendapatkan apa yang dijanjikan *Rasulullahمُحَمَّد*  *ﷺ* Sebab, itu semua menunjukkan ia telah berpuasa enam hari pada bulan Syawwal setelah puasa bulan Ramadhan. Apalagi, terdapat kata sambung berbentuk _*tsumma*,_ yg menunjukkan arti tarakhi (bisa dengan ditunda)”                                                                                                                           *[Fiqhul Islam, 3/2327]*

*JIKA MASIH PUNYA HUTANG PUASA RAMADHAN* menurut pendapat yang masyhur dalam madzhab Ahmad,
*DIHARAMKANNYA MENGERJAKAN PUASA SUNNAH DAN TIDAK SAH,* selama masih mempunyai tanggungan puasa wajib.

Demikian penjelasan singkat mengenai cara berpuasa enam hari pada bulan Syawwal setelah puasa  Ramadhan. Mudah-mudahan dapat memotivasi diri kita, untuk selalu mencintai sunnah2 *Rasulullahمُحَمَّد*  *ﷺ* ,yg tidak lain akan mendekatkan kita kepada *ALLAH سبحانه وتعالى*
Wallahu a’lam bish-shawab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Inspirasi Sore

Renungan malam

Renungan jelang Isya