Refleksi “KAMISAN”

PUNCAKKAN KEIMANAN KITA DI BULAN INI


» هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ ۗ وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا «

“Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Fath: 4).

Saudaraku,
Dengan sepenuh nafas dan penghayatan yang dalam kita lafadz-kan ‘alhamdulillah’ yang telah mempertemukan kita dengan bulan suci Ramadhan. Bulan yang selalu didamba kedatangannya bagi kita yang ingin melontarkan diri kita ke puncak ubudiyah. Bagi kita yang ingin membersihkan diri dari dosa dan kesalahan. Bagi kita yang sadar bahwa kita seringkali mengabaikan rambu-rambu-Nya. Bagi kita yang ingin menebus kelalaian kita di masa lalu. Bagi kita yang ingin memperdayakan dan memperbarui keimanan yang ada dalam kalbu kita. Dan seterusnya.

Iman adalah harta yang paling berharga dalam hidup kita. Namun ia didapat bukan dari warisan orang tua kita. Bukan pula bisa ditukar dengan harta benda seberapa pun jumlahnya. Karena iman, menempel di dalam hati kita. Memancar dari wajah kita. Dan tercermin dalam prilaku kita.

Saudaraku,
Pada suatu hari dua orang ulama besar pada masanya, melintas di sebuah sungai Yordania, keduanya membasahi wajahnya dengan air sungai yang teramat jernih. Ibrahim bin Adham kepada Abu Yusuf rahimahumallah, "Jika sekiranya para penguasa dan putera-putera mahkota mereka mengetahui apa yang kita rasakan di hati kita dari kesejukan dan kedamaian, niscaya mereka akan membelah dada-dada kita dengan pedang.”

Abu Yusuf menimpali, “Tidak sedikit manusia mengejar kebahagiaan, namun mereka tersesat jalannya, bagaimana harapan tersebut dapat terwujud?.”


Saudaraku,
Karena keimanan, seorang hamba akan merasakan ketenangan dan kedamaian. Hidup menjadi bermakna dan memiliki arti serta hidup akan menjadi lebih hidup.

Sungguh indah Allah menggambarkan iman yang ada di hati seorang mukmin ibarat pohon yang baik, "Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu supaya mereka selalu ingat.” (QS. Ibrahim: 24-25).

Saudaraku,
Dengan keimanan, kita merasakan ma'iyatullah (kebersamaan Allah dalam hidup kita) yang menjelma berupa pertolongan-Nya, bantuan, penjagaan, pencukupan, hidayah,taufiq, dan kekuatan bathin. Dan di akherat, kita dijanjikan surga-Nya yang penuh dengan limpahan karunia dalam keabadian dan kekekalan sejati.

Hari-hari kita, hendaknya waspada dari hal-hal yang dapat melemahkan keimanan kita, meringkihkannya dan bahkan menumbangkan pohon iman kita. Ada beberapa hal yang dapat melemahkan iman kita sebagaimana disebutkan oleh syekh Mazin Furaih dalam karyanya “al-Raid, durusun fi al-dakwah wa al-tarbiyah”, di antaranya:

Meremehkan dosa dan maksiat. Berkata Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullah,  "Seorang hamba tidak akan sampai pada kesejatian iman yang hakiki, sehingga ia meninggalkan dosa dan yang seirama dengan itu."

Berlomba-lomba mengejar kenikmatan dunia.

Lalai dari mengingat Allah Ta’ala.

Berlebih-lebihan dalam hal yang mubah; makan, minum, berpakaian dan seterusnya.

Tergelincirnya hati ke dalam lubang riya', terpedaya (ghurur), takabbur, ‘ujub dan yang senada dengan itu.

Terlalu banyak tertawa, bergurau dan bercanda.

Jarangnya mengikuti majlis dzikir dan nasihat.

Tidak membiasakan dirinya untuk memuhasabah diri.

Dan lain sebagainya.

Saudaraku,
Syekh Mazin, memberikan resep ampuh untuk kita perbuat, agar keimanan kita senantiasa hidup dan menghidupkan iman orang-orang di sekitar kita.

Konsisten terhadap perintah-Nya, walau pun berat memperbuatnya.

Mentaati ajaran Rasul junjungan dan memedomani sunnahnya.

Membasahi lidah dengan senandung zikir.

Berinteraksi dengan orang-orang shalih.

Mengingat kematian.

Mengenali nama-nama dan sifat Allah, bertawassul dengan perantaraan nama-nama-Nya yang mulia dan sifat-sifat-Nya yang luhur.

Gemar menghadiri majlis ilmu.

Tafakkur, membaca tanda-tanda kebesaran-Nya.

Memasimalkan momentum Ramadhan, dengan amal-amal unggulan. Seperti shalat tarawih, memberi buka puasa, tilawah al-Qur’an, zikir dan do’a, memperbanyak sedekah, umrah, I’tikaf dan lain sebagainya.

Menjalinkan persaudaraan iman.

Terlibat aktif dalam kerja-kerja dakwah dan tarbiyah (pendidikan iman).

Dan lain sebagainya.

Saudaraku,
Mari kita pergunakan momentum Ramadhan dan kesempatan lainnya yang Allah bentangkan di depan kita, untuk selalu memperbarui keimanan kita dan melontarkan kita ke puncak ubudiyah. Karena kita belum tentu bertemu dengan Ramadhan tahun berikutnya.

Kita tidak bisa memprediksi apa yang akan terjadi pada hari-hari esok.  Mungkin status kita akan berganti sebagai almarhum.

"Duhai Dzat yang membolak-balikan hati, tetapkanlah hati kami dalam ketaatan dan dien-Mu.” Aamiin ya Mujibas Sailiin. Wallahu a’lam bishawab.

Metro, 01 Juni 2017
Fir’adi Abu Ja’far.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Inspirasi Sore

Renungan malam

Renungan jelang Isya