Inspirasi Sore

*KAMI WAJIB IKUT REUNI 212*

Oleh: Nasrudin Joha

Bagaimana mungkin kami bisa ridlo ? Setelah pembakar bendera tauhid hanya dipersoalkan menggunakan pasal 174 KUHP. Kami, dipaksa menerima putusan akal-akalan dengan hukuman lucu-lucuan. 10 hari dan denda 2000 perak. Bukankah ada pasal 156a KUHP ? Kenapa penenggak hukum memilih pasal yang ringan dan tidak sesuai fakta ? Pasal yang tidak mewakili kemarahan dan rasa sakit dada-dada umat Islam, karena Lafadz tauhid telah dihinakan.

Aspirasi kami tak terwakili, hukum di negeri ini hanya dibuat mainan. Bagaimana kami percaya pada semua sandiwara kasar ini ? Skenario kasar yang diukir diatas kertas dengan kanvas yang kasar.

Di negeri ini kami bukan bodoh, dari rahim umat ini terdapat ratusan  sarjana hukum, ribuan doktor hukum, ratusan profesor hukum yang paham akan hukum. Kami dipaksa 'dibodohi' dengan semua lelucon ini ? Lantas Kemana kami adukan urusan ini ? Kepada penguasa yang selalu memunggungi kami ? Atau pada aparat hukum yang memasang hijab  pagar berduri ?

Karena itu kami harus ikut reuni 212, disanalah kami bersimpuh mengadukan semua keluh kesah kami. Kami mengadu kepada dzat Illahi rabbi, mengadu kepada dzat sang penguasa alam semesta, yang menurunkan lafadz tauhid untuk segenap manusia.

Kami akan kibarkan sejuta bendera tauhid, bersama para ulama kami. Kami akan tunjukkan, bahwa kami berdiri tegak menjadi bagian pembela bendera tauhid.

Kami akan kibarkan bendera tauhid, Lafadzkan kalimat tauhid, dan serukan umat untuk menerapkan hukum tauhid serta segera dan serta merta membuang hukum thagut. Kami akan tunjukkan, betapa umat ini rela berkorban demi tegaknya kalimat tauhid.

Kalian tidak akan mampu menghalangi kami, memundurkan langkah kami apalagi memalingkan arah dan tujuan kami. Kami telah berazam, membulatkan tekad untuk hadir dalam aksi bela tauhid, reuni alumni 212 di Jakarta.

Bagi kami, pengorbanan yang kami persembahkan baik harta, waktu, pikiran dan tenaga, tidak sebanding dengan rasa sakit yang ada pada dada-dada kami, sebab pelecehan bendera tauhid. Kami akan menuntut balas, merapal doa yang tidak terhijab, melalui doa kaum terzalimi yang diijabah oleh Allah SWT.

Kami akan doakan, agar istana kezaliman roboh, para penguasa tiran jatuh tersungkur dan mendapati sekujur tubuhnya dicabik-cabik cakar pembalasan, yang menorehkan bekas kehinaan dan keputusasaan. Kami akan menyeru umat, agar tidak memilih rezim represif anti Islam, yang telah mengumumkan permusuhan terhadap Islam.

Kami adalah mujahid mujahid Islam, cucu-cucu Abdullah Bin Rawahah yang akan meninggikan bendera tauhid, meski sekujur tubuh terpenggal dan nyawa tercerabut dari raga. Kami akan tetap menatap garang, mengumumkan peperangan kepada siapapun yang memusuhi kalimat tauhid dan mengumumkan damai kepada siapapun yang memuliakan kelimat tauhid.

Tidak ada yang bisa menghalangi kami, baik seruan dari fatwa-fatwa ulama busuk penghamba dunia, atau ancaman kosong wereng-wereng cokelat. Kami telah membulatkan tekad, untuk membalas setiap inchi kezaliman, dengan doa dan meluruhkan legitimasi. Wahai penguasa zalim, kejatuhan itu makin pekat aromanya. Waspadalah ! Waspadalah ! [].

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Inspirasi Sore

Renungan malam

Renungan jelang Isya