Renungan Malam

Renungan Malam

Dulu tsunami datang dengan peringatan. Gempa terlebih dahulu, sehingga masyarakat bisa bersiap-siap.

Kini tsunami datang tanpa peringatan. Bahkan BMKG pun hanya menyangka air pasang biasa.

Di gunung longsor. Di tepi laut tsunami.
Aynal mafarr? Mau ke mana lagi berlari?

Kematian datang tiba-tiba.

Sejatinya tidak masalah kematian menemui kita di gunung atau di tepi laut. Yang jadi masalah, sedang melakukan apa saat kematian menghampiri kita?

Kemungkinan terbesar kita mati saat kita melakukan hal yang paling sering kita lakukan.

Yang sering bermaksiat, ada kemungkinan terbesar kematian menghampirinya di saat itu. Demikian pula yang sering mendengar musik, yang sering memfitnah dan menghina para ulama.

Berbahagialah mereka yang aktifitas terbanyaknya adalah melakukan kebaikan. Mereka mendapat peluang terbesar untuk wafat dalam keadaan husnul khatimah.

Peringatan bertubi-tubi telah datang.
Tidakkah kita mengambil pelajaran?

*Muhasabah dalam safar di kereta Jurusan St.Tanah Abang - Maja 😢

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Inspirasi Sore

Renungan malam

Renungan jelang Isya